“Satu kata buat suamiku, jorok! Gak cuma handuk basah di kasur, kalau pulang kantor enggak langsung mandi, tiduran dulu di sofa. Kan kotor, ya. Aku udah ingetin terus, tapi enggak juga berubah..” gerutu Putri (37 tahun). Tak jauh berbeda, Serena (32 tahun) juga merasa suaminya terlalu cuek dan berharap suaminya bisa berubah lebih romantis.

“Kalau pasanganku, tiap lagi ada masalah malah diam dan menyendiri, seolah lari dari masalah. Dari awal nikah enggak berubah. Padahal, aku udah bilang kalau kaya gini terus masalahnya enggak kapan selesai," curhat Sandra (28 tahun). 

Curhatan para istri di atas ternyata tak jauh berbeda, intinya ingin pasangannya berubah menjadi lebih baik (menurut mereka). Mungkin, kita pun pernah merasakan hal yang sama. 

Ketika kita mencintai seorang pria dan menemukan kekurangannya, dalam lubuk hati yang paling dalam ada sebesit harapan ia akan perlahan berubah. Saat masih pacaran, misalnya, kita menyadari bahwa ia boros. Namun, kita membiarkan dengan harapan, “Nanti kalau sudah menikah pasti enggak gitu lagi, kan kebutuhan hidup tambah banyak," Tapi ternyata, saat menikah pasangan tetap sulit mengatur uang. 

Jika kita merasakan hal yang sama, kita tak sendiri. Dalam buku Truly Mars & Venus karangan John Gray, Ph.D, relationship counselor yang sudah lebih dari 25 tahun mendalami komunikasi pasangan, hal yang paling yang sering diungkapkan wanita adalah “pria tak pernah mendengar” sementara sebaliknya, pria mengeluhkan bahwa wanita selalu berusaha mengubah mereka.

Lalu, kenapa kita para wanita ingin pasangan berubah? 

Menurut penulis lebih dari 12 buku pengembangan diri asal AS, Barrie Davenport, wanita sering kali dianggap terlalu ‘mengatur’ karena ia punya sifat pencemas yang membuatnya jadi insecure (merasa tak aman). Sehingga, ia membuat orang lain melakukan hal yang tak mampu ia lakukan untuk membuatnya merasa nyaman. Alasan lain kenapa wanita sering kali mengatur adalah ia memiliki gangguan kepribadian, pengalaman traumatis, atau sesimpel kebiasaan yang sudah mengakar. 

Apa sih, akar dari perilaku ‘suka mengatur"-nya wanita? 

1. Ia tak bisa (atau tak pernah belajar) percaya bahwa orang lain bisa mencintainya setulus hati

2. Ia takut pasangannya beralih hati pada orang lain yang lebih menyenangkan, punya kuasa, dan lebih sukses

3. Ia memiliki Borderline Personality Disorder atau Narcissistic Personality Disorder

4. Ia percaya kalau kesempurnaan akan berpengaruh pada kesuksesan dan kebahagiaannya

5. Ia harus bisa menjadi sempurna untuk dirinya dan orang yang lain yang berhubungan dengannya. 

Lalu, haruskah saya berhenti berusaha mengubah pasangan?

Menginginkan pasangan berubah menjadi lebih baik demi kepentingan bersama, bukan hal yang buruk. Sayangnya, sering kali cara komunikasi kita salah sehingga terdengar lebih seperti perintah. 

Patricia Bubash, relationship counselor dan penulis buku Successful Second Marriages menyarankan kita untuk menulis kebiasaan apa saja yang tak kita sukai dari pasangan yang ingin kita ubah. Sebaliknya, minta pula pasangan untuk melakukan hal yang sama. Patricia meyakinkan, bahwa kita para istri akan terkejut melihat banyaknya kebiasaan kita yang tak disukai pasangan, namun ia membiarkannya! 

Jadi, sebelum kita meminta pasangan untuk berubah, tanyakan dulu apakah ada yang bisa kita ubah juga untuk membuatnya lebih senang hidup bersama kita. Setelahnya, ungkapkan apa yang kita inginkan tanpa bersikap “menyerang”, apakah itu cara mengambil pakaian di lemari agar tumpukannya tetap rapi, atau meletakkan sepatu di rak sepulang kerja. 

Baca: Komunikasi Efektif dalam Pernikahan, Ini 5 Contohnya 

Namun, jika kebiasaan buruknya berbahaya, misal semakin intens minum alkohol atau main fisik, maka kita harus memaksakan diri untuk mengambil langkah serius, seperti menghubungi konselor.

Pada akhirnya, kita harus memilih mana hal yang kita bisa kompromikan, mana yang memang harus diperjuangkan untuk diubah. Pick your battle, alias jangan jadikan tiap hal yang tak kita sukai jadi masalah. Tak ingin kan, hidup kita setiap hari hanya mendengar orang lain mengingatkan kita untuk ini dan itu?

 

Artikel terkait:

 

Photo created by benzoix - www.freepik.com