Daging (baik daging ayam maupun daging sapi) kini bukan lagi barang mewah. Apalagi, dengan bantuan bumbu instan, mau membuat opor ayam, rawon daging, hingga ayam goreng krispi pun tak lagi susah. Mau yang lebih instan? Ada kornet, nugget, sosis, atau bakso. Meskipun daging itu kaya protein, namun konsumsi yang berlebihan ternyata membuat kita rentan terkena sejumlah penyakit, termasuk serangan jantung dan kanker. Inilah mengapa di beberapa negara maju, muncul ajakan untuk mengurangi konsumsi daging karena manfaatnya ternyata cukup besar. Apa saja?

1. Mengurangi risiko terkena diabetes tipe-2

Identik dengan tingginya konsumsi makanan manis, diabetes tipe-2 ternyata juga bisa disebabkan oleh tingginya konsumsi daging, terutama daging merah. Dikutip dari NCBI, mengurangi konsumsi daging ternyata bisa menurunkan kadar lemak visceral dan meningkatkan sensitivitas insulin. Karena itu, plant-based diet alias pola makan kaya sayur dan buah (untuk menggantikan daging) sering disarankan untuk penderita diabetes, karena terbukti menurunkan kadar gula darah, lemak darah, juga berat badan.

Ingin tahu apa lemak visceral, baca artikel “Doyan Ngemil tapi Enggak Gemuk? Hati-Hati Bahaya Lemak Tersembunyi” 

2. Mengurangi risiko terkena kanker

Sebuah penelitian jangka panjang yang dilakukan oleh University of Oxford, Inggris, menunjukkan bahwa mereka yang makan sedikit daging (bahkan menjadi vegan dan vegetarian) ternyata memiliki risiko yang lebih kecil terkena kanker payudara setelah menopause, kanker kolon (usus besar), dan kanker prostat. Meskipun demikian, rendahnya risiko terkena kanker tersebut tidak melihat berapa Indeks Massa Tubuh responden dan aktivitas fisiknya, sehingga bisa saja ada faktor lain yang juga berpengaruh pada hasil penelitian.

Pendapat lain menunjukkan, bahwa daging yang berpotensi menyebabkan kanker adalah daging merah yang sudah diproses seperti daging burger, sosis, yang diasap dan sejenisnya, tidak termasuk daging unggas dan ikan. Daging olahan semacam ini selain tinggi lemak jenuh, mengandung karsinogen (penyebab kanker) yang muncul karena proses pengolahannya, juga suhu tinggi yang digunakan saat proses pembuatan.

3. Mengurangi risiko terkena penyakit jantung

Konsumsi daging sering dikaitkan dengan kandungan lemak jenuh yang jika terlalu banyak dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah, yang kelak dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga terjadi serangan jantung.

Tapi, saya takut kekurangan protein…

Sumber protein itu tak hanya dari daging saja, lho! Ada protein nabati seperti tahu, tempe, juga kacang-kacangan. Jangan lupakan pula ikan, susu, dan telur. Sejumlah sayuran juga terbukti memiliki kandungan protein, seperti brokoli, pokcoy, selada air, bayam, dan asparagus. 

Baca: Temukan Protein Tinggi dalam 6 Sayuran Ini 

Sementara itu, kebutuhan protein orang dewasa yang tidak begitu aktif adalah 0,75gr per hari untuk setiap kg berat badannya. Jadi, wanita dengan berat badan 55 kg hanya membutuhkan tak sampai 45 gram protein per hari. 

Misalnya kita mengonsumsi satu porsi ikan (100 gram) sekali makan, kandungan proteinnya 22 gram. Jika kita kalikan 2 kali makan saja, maka kebutuhan 45 gram tadi akan terpenuhi.  

Jadi, tak perlu ragu mengurangi konsumsi daging. Asal, jangan lantas mengalihkan konsumsi daging pada makanan tinggi gula, garam, lemak seperti kentang goreng, roti tawar putih, atau camilan kemasan, ya! Dijamin, manfaat tadi tak akan terlihat. 

Perbanyak sayur dan buah sebagai gantinya, juga tetap rajin berolahraga dan minum cukup air putih.

 

Photo created by stockking - www.freepik.com