Terkadang, kita enggak bisa memilih dengan siapa kita cocok berbagi cerita. Bisa dengan kakak atau adik, sahabat, teman sekantor, atau bahkan orang tua sekalipun. Saat masih melajang, pilihan teman curhat bak langit tak terbatas! Mau dengan sesama jenis atau lawan jenis sekalipun, kita bebas bersuara. Lain halnya saat kita sudah tak lagi sendiri. Kenapa begitu? Karena menjaga perasaan pasangan tentu perlu, dong. Kalau pasangan nyaman dengan teman curhat kita yang berlawanan jenis sih tak masalah, tapi jika terganggu akan beda ceritanya. Sebenarnya, boleh enggak sih curhat dengan lawan jenis setelah menikah?
Menurut Alfath Megawati, psikolog klinis dari Tiga Generasi di Brawijaya Clinic, saat sudah menikah tiap hubungan dengan lawan jenis perlu diperhatikan karena bisa saja batasannya bergeser. Ada 3 komponen penting yang tak boleh dilanggar, yaitu intensitas, kerahasiaan, dan ketertarikan dari curhat itu.
“Kalau ada setidaknya salah satu dari 3 komponen ini yang ada dalam curhatan kita dengan lawan jenis, ini berarti sudah lewat batas, dan bisa dikatakan perselingkuhan secara emosional” jelas Alfath. Selain itu ada hal lain yang bisa mengganggu kehidupan rumah tangga hanya dengan “sekadar curhat” dengan lawan jenis, yaitu:
1. Menimbulkan fitnah
Intensitas curhat yang cukup sering dengan lawan jenis bisa menimbulkan praduga buruk hingga fitnah dari lingkungan sekitar. Misalnya pun kita pergi tak sembunyi-sembunyi, tapi anggapan orang lain tak bisa kita tampik. Tentunya, kita tak ingin hal ini terjadi dan membuat perasaan pasangan jadi terganggu.
2. Merasa lebih nyaman bercerita dengan teman ketimbang dengan pasangan
Ini bisa jadi cikal bakal pertengkaran dengan rumah tangga karena komunikasi menjadi terbatas. Kita jadi terlalu nyaman curhat dengan bukan pasangan, sehingga membandingkan kenyamanan antara kita dan pasangan serta kita dengan teman curhat.
3. Membuka pintu perselingkuhan
Kalau kata pepatah bahasa Jawa “witing tresno jalaran soko kulino”. Perjumpaan dan percakapan yang terus menerus bisa menimbulkan rasa. Awalnya, kita cuma berniat untuk berkeluh kesah dan sebaliknya. Tapi, cinta itu bisa hadir karena terbiasa bersama lho! Intensitas rutin bisa menumbuhkan rasa yang tidak boleh ada.
4. Punya potensi perceraian
Kalau komunikasi tidak terjaga, kita lebih percaya pada teman curhat alih-alih berkeluh kesah dengan pasangan bukan tak mungkin hubungan dengan pasangan merenggang dan berujung perceraian.
“Tapi kan sudah kenal dia lama dari sebelum menikah, seharusnya pasangan bisa mengerti dong”
Itulah kenapa komunikasi dengan pasangan penting dilakukan. Bisa saja dia tak melarang kita untuk tetap berhubungan dekat dengan teman lawan jenis, tapi apakah perasaannya berkata yang sama?
Agar kita tetap bisa tetap curhat dengan teman lawan jenis, kita perlu memastikan dulu pasangan nyaman dengan hal ini. Ingat, menikah tak lagi memikirkan diri sendiri tapi juga perasaan pasangan, ya. Buat kesepakatan bersama dan tepati agar hubungan baik dengan teman bisa terjaga tanpa menghiraukan perasaan pasangan.
Photo created by jcomp - www.freepik.com