Selama ini, banyak orang menganggap bahwa konseling pernikahan hanya untuk pasangan suami istri (pasutri) yang bermasalah. Padahal, siapapun bisa menemui konselor pernikahan, termasuk calon pengantin yang sedang mempersiapkan pernikahan. Manfaatnya ternyata banyak, dari meningkatkan kualitas hubungan dengan pasangan hingga mengevaluasi pernikahan yang sudah berjalan. Jika masih bingung, berikut penjelasannya. 

Apa manfaatnya jika pasutri melakukan konseling pernikahan?

Melalui konseling pernikahan, pasutri dapat belajar memahami masalah yang dihadapi dari sudut pandang masing-masing dengan panduan dari konselor/psikolog. 

Setelah mengetahui hal tersebut, mereka akan diajak untuk mendiskusikan beberapa alternatif solusi beserta plus minus dari masing-masing pilihan solusi tadi. Konselor/psikolog juga akan memberikan terapi atau psikoedukasi yang dibutuhkan oleh pasutri, seperti cara berkomunikasi yang efektif, tips meminimalisir kesalahpahaman dalam hubungan, dan lain-lain. 

Apakah konseling pernikahan hanya dilakukan mereka yang usia pernikahnnya sudah lama?

Tentu saja tidak. Konseling pernikahan dapat dilakukan oleh pasangan yang baru menikah maupun sudah lama menikah, karena usia pernikahan tidak dapat menentukan kualitas hubungan suami istri. Bahkan konseling pra-pernikahan juga direkomendasikan untuk calon pengantin.

Baca: Konseling Pernikahan, Kapan Diperlukan?

Berarti, calon pengantin atau mungkin pengantin baru yang ternyata punya masalah yang berpotensi mengganggu rumah tangga, apa sebaiknya konseling juga?

Calon pengantin sangat direkomendasikan untuk melakukan konseling pra-pernikahan (pre-marriage counselling). Melalui konseling ini, mereka dapat mempelajari hal-hal apa saja yang berpotensi menimbulkan konflik dalam pernikahan beserta cara untuk mengantisipasinya. 

Mereka juga akan dibekali keterampilan untuk menjalin hubungan yang sehat, seperti keterampilan komunikasi, negosiasi, penyelesaian konflik, dsb. 

Konselor/psikolog juga dapat merekomendasikan konseling individual bagi salah satu pasangan yang dinilai membutuhkan dan berpotensi menimbulkan masalah di pernikahan nantinya.

Apa yang biasanya membuat pasutri mengunjungi konselor pernikahan?

Terdapat banyak sekali masalah yang dapat menjadi sumber konflik dalam hubungan suami istri. Dari pengalaman saya sebagai psikolog klinis, sumber konflik pernikahan yang sering dikeluhkan ialah:

  • masalah komunikasi
  • kesalahpahaman
  • perbedaan visi-misi dalam menjalani rumah tangga
  • perselingkuhan
  • konflik dalam mengasuh anak
  • masalah finansial
  • masalah seksual, maupun 
  • konflik keluarga besar.

Baca: Penasaran, Apa Alasan Suami Selingkuh dengan Asisten Rumah Tangga

Banyak juga, ya. Kalau ingin melakukan konseling, apakah kita harus mengajak serta pasangan?

Idealnya, konseling pernikahan membutuhkan keterlibatan suami dan istri. Biasanya konselor/psikolog akan menyediakan sesi individual dan sesi pasangan. Dengan demikian konselor/psikolog dapat mengetahui sudut pandang dari masing-masing suami dan istri sebelum akhirnya memberikan terapi yang dibutuhkan. 

Walau demikian, terkadang terdapat kondisi di mana salah satu pasangan menolak untuk menjalani konseling pernikahan. Jika kondisinya demikian, maka konseling ini boleh dijalani oleh salah satu pasangan saja, meskipun hal ini tidak ideal.

Jadi, jika kita sedang merencanakan pernikahan atau malah baru saja menikah, tak ada salahnya melakukan konseling pernikahan untuk memahami lebih jauh tentang cara menghadapi pasangan dan mengelola konflik, agar masalah pernikahan bisa diantisipasi. 

Kunjungi website KALM untuk melakukan konseling online atau unduh aplikasinya di Playstore.

 

Photo created by master1305 - www.freepik.com