Tahu enggak sih, menurut data dari Badan Pusat Statistik terkait Manajemen dan Pengelolaan Sampah, 81% sampah di Indonesia ternyata belum terpilah? Sebanyak 79% orang beralasan karena ‘enggak mau repot’. Padahal, sampah yang tak terpilah dan tercampur bisa berbahaya bagi lingkungan, apalagi kesehatan. Zat berbahaya dari sampah bisa meresap ke dalam tanah, ada pula gas berbahaya yang terlepas ke udara bisa menimbulkan ledakan dan mempercepat penipisan lapisan ozon, belum lagi sampah yang dibuang ke laut bisa berbahaya bagi hewan laut. Enggak usah jauh-jauh, deh. Saat tukang sampah berhenti mengambil sampah beberapa hari saja, baunya dan belatungnya sudah kemana-mana, kan?
Ingin sekali kita peduli, tapi bingung mau mulai dari mana..
Jawabannya, mulai pilah sampah dari sampah rumah tangga! Dengan besarnya jumlah sampah rumah tangga di Indonesia, rasanya sudah tak ada lagi alasan untuk kita abai. Mau dong, tinggal di lingkungan dengan udara dan lingkungan bersih? Yuk, saatnya kita bertindak.
Baca: Alasan di Balik Kenapa Kita Tak Boleh Sepelekan Sampah Rumah Tangga
Memilah sampah apa gunanya, sih?
Tentunya, supaya sampah tak hanya menumpuk dan membuat pencemaran, tapi bisa kita gunakan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat. Selain itu, ada lagi manfaat dari memilah sampah dari zerowaste.id antara lain:
- Supaya sampah kering dan basah tak bercampur dan menimbulkan bau serta sarang bakteri
- Menghindari material berbahaya yang tercampur seperti sampah elektronik dan obat-obatan
- Mempermudah dalam pengolahan dan daur ulang sampah serta meminimalisir sampah yang akan berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Bagaimana cara memilahnya?
Yang paling sederhana memang membagi sampah menjadi 2 kategori, sampah organik (bisa terurai dengan sendirinya) dan anorganik (tak bisa terurai).
1. Sampah organik
Sampah organik basah berasal dari makanan, termasuk yang mengandung air seperti kuah, kaldu, dan sisa susu. Sementara itu, sampah organik kering seperti dedaunan, ranting, kulit buah, dan sayuran yang belum dimasak seperti batang kangkung, kulit bawang, pangkal pokcoy, dan yang lain.
Cara memanfaatkannya adalah dengan memasukkan ke dalam lubang biopori atau menanamnya kembali seperti pada kangkung dan daun bawang. Untuk sampah organik lainnya, kita bisa mengolahnya jadi kompos dengan cara memasukkannya ke dalam ember bekas.
2. Sampah anorganik
Sampah ini tidak bisa terurai (bisa puluhan hingga ratusan tahun!) dan butuh penanganan khusus untuk pengolahannya. Contohnya seperti, plastik, kaleng, beling, dan lainnya.
Cara penanggulangannya adalah dengan melakukan tiga langkah: kumpulkan, pisahkan, dan bersihkan. Dipisahkan lagi? Ya, karena beda jenisnya beda pula pengolahannya. Untuk plastik sendiri saja ada tas kresek, plastik bungkus makanan, sikat gigi bekas, botol sampo, dan masih banyak lagi. Ini belum koran, kertas, sampai baju bekas.
Setelah dipilah, kita bisa serahkan ke bank sampah untuk didaur ulang atau bisa juga kita olah sendiri/manfaatkan kembali. Cari bank sampah terdekat di kotamu dengan tagar #banksampah di Instagram atau melalui Google.
Baca: Fakta tentang Plastik, Dari Laut Hingga Perut
Bagaimana dengan sampah elektronik?
Sampah elektronik seperti baterai yang sudah habis, DVD, charger, power bank yang sudah tak terpakai jangan dicampur dengan sampah lain, mengingat sampah elektronik mengandung zat beracun dan berbahaya seperti merkuri, timbal, dll yang membahayakan kesehatan.
Cara aman membuangnya adalah dengan menyetorkannya pada bank sampah yang menerima limbah elektronik.
Tak sulit kan memilah sampah dengan benar di rumah? Kita hanya perlu sediakan wadah untuk mengelola dan menyimpan kategori sampah yang berbeda. Tindakan kecil yang bisa menyelamatkan dunia. Tunggu apalagi? Yuk mulai sekarang!
Photo created by jcomp - www.freepik.com