Saat masyarakat Indonesia sedang “bulan madu” dari pandemi Covid-19, kabar tak mengenakkan muncul dari Afrika. Ditemukan varian baru virus SARS-CoV-2, yaitu Omicron atau varian B.1.1.529. Tak perlu menunggu lama, varian ini sudah menyebar ke lebih dari 30 negara per 2 Desember 2021, termasuk Malaysia dan Singapura. Sejauh ini, varian Delta mendominasi kasus Covid-19 di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, penyebaran varian Omicron yang cukup cepat hingga menjadi penyebab utama kasus Covid-19 di Afrika dalam hitungan minggu, membuat seluruh dunia khawatir. 

Mengapa Omicron bisa begitu cepat menyebar?

Sebenarnya, belum ada cukup data untuk menyatakan bahwa Omicron lebih cepat menular dibandingkan varian-varian sebelumnya. Namun, ada beberapa alasan yang membuat Omicron patut kita waspadai. 

1. Terjadi mutasi pada tonjolan atau spike protein

Virus penyebab Covid-19 terus bermutasi atau berubah bahan genetiknya. Pada varian Omicron, perubahan terjadi pada tonjolan. Jika pada Delta hanya terjadi 10 mutasi, Omicron memiliki 26 mutasi.  Padahal, spike protein ini ibarat kunci yang membuat virus bisa masuk ke dalam sel tubuh manusia. Makin “dahsyat” kuncinya, makin mungkin menginfeksi manusia. Mungkin ini juga menjadi alasan mengapa Omicron dimasukkan ke dalam kelompok yang perlu diwaspadai (variant of concern) oleh WHO. 

2. Berpotensi tak terdeteksi PCR

Efek lain dari mutasi spike protein pada Omicron adalah terjadinya S gene target failure (SGTF) di mana gen S tidak akan terdeteksi oleh tes PCR lagi. Meskipun demikian, Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama menyatakan bahwa masih ada gen-gen lain yang bisa dideteksi PCR. Selain itu, “hilangnya” gen S saat PCR bisa menandakan bahwa sampel yang sedang diperiksa adalah varian Omicron. 

3. Bisa saja sudah ada di tengah masyarakat 

Berkaca dari negara Belanda yang sudah mulai mengalami kenaikan kasus bahkan sebelum Omicron dilaporkan di Afrika November lalu, kita perlu tetap mematuhi protokol kesehatan.

Baca: Tetap Lakukan Prokes, Vaksin Hanya Beri Kekebalan Sebanyak Ini

“Virus mutasi bisa saja udah di masyarakat, tak terdeteksi, dan meluas ketika Lebaran seperti tahun lalu. Dan kini, bisa saja pas Natal dan tahun baru. Kalau sudah banyak (kasus Omicron) yang ngumpul baru gampang dideteksi,” jelas epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, dalam Seri Diskusi RCCE Working Group berjudul “Variant of Concern: Omicron Seberapa Berbahaya?” tanggal 3 Desember 2021.

Terdeteksinya kasus bisa saja terlambat, mengingat whole genome sequencing atau hasil pengurutan seluruh genom membutuhkan waktu 1-2 minggu. Pengurutan genom ini dilakukan untuk menghubungkan kasus satu dengan lainnya sehingga wabah dapat dideteksi dan dipecahkan dengan cepat.

4. Bisa menginfeksi orang yang sudah pernah positif Covid-19

Dalam detikHealth (7/12/2021) disebutkan bahwa penelitian terbaru Economic Times menyebutkan varian Omicron memiliki risiko infeksi berulang atau reinfeksi hingga 3 kali lebih besar dibandingkan varian lainnya, seperti Beta dan Delta. Artinya, orang yang telah terinfeksi sebelumnya bisa mengalami Covid-19 lagi. Meskipun demikian, tingkat keparahannya masih belum diketahui.

Lantas, apa yang harus kita lakukan?

Untuk mencegah meluasnya penyebaran varian Omicron, WHO menyarankan masyarakat untuk:

  1. Menjaga jarak minimal 1 meter
  2. Memakai masker yang menutup sempurna
  3. Membuka jendela agar sirkulasi udara berjalan baik
  4. Menghindari kerumunan dan tempat yang sirkulasi udaranya buruk
  5. Mencuci tangan dengan sabun
  6. Menutup wajah dengan tisu atau siku saat batuk atau bersin
  7. Melakukan vaksinasi dosis lengkap

Bagi masyarakat yang masih ragu tentang vaksin, sebaiknya segera memutuskan untuk melakukan vaksinasi Covid-19, apapun jenisnya. Menurut Pandu Riono, vaksin akan melatih sistem imun kita untuk mengenali virus penyebab Covid-19 apapun jenis mutasinya. Kalaupun terinfeksi, maka vaksin akan mencegah tingkat keparahan yang tinggi, juga kematian.

Baca: Kupas Tuntas 6 Vaksin, Dari Sinovac Hingga Novavax

 “Sekarang kita di kondisi yang sangat baik, positivity rate rendah, yang masuk ICU tidak banyak, kematian rendah. Ini membuat kita mengatakan bahwa ini (Omicron) belum beredar atau masih sedikit Omicronnya,” tambah Pandu Riono. Karena itu, mematuhi 5M, juga beraktivitas di tempat terbuka bisa mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Pandu Riono juga menyarankan pemerintah untuk memperpanjang masa karantina mereka yang habis bepergian dari luar negeri. Hal ini untuk mengantisipasi virus Omicron menyebar dari mereka yang tidak bergejala, negatif PCR, dan sudah divaksin, mengingat masih sedikit informasi mengenai karakteristik varian ini.

 

Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr.Sabrina Anggraini

Photo created by freepik - www.freepik.com