IUD atau KB spiral adalah salah satu bentuk kontrasepsi paling efektif yang tersedia saat ini. Disebutkan bahwa tingkat keefektifan IUD dalam mencegah kehamilan mencapai 99 %. Meskipun demikian, ada sejumlah berita di dunia maya yang menunjukkan bahwa kehamilan tetap terjadi saat IUD masih terpasang. Bagaimana bisa?
Tak 100% sempurna
Tingkat efektivitas sebuah metode kontrasepsi tidak ada yang mencapai 100%. Tubektomi atau sterilisasi wanita pun, yang merupakan KB permanen, efektivitasnya hanya 99,5%. Artinya, masih ada 0,05% kemungkinan untuk gagal. Begitu pula IUD.
Dengan efektivitas mencapai 99%, artinya ada 1% pengguna IUD yang tetap hamil.
Menurut buku panduan perencanaan keluarga yang dikeluarkan oleh WHO, hanya 6-8 wanita yang tetap hamil dari 1000 wanita pemakai IUD non-hormonal di tahun pertama pemakaian. Artinya, 992 hingga 994 pengguna IUD berhasil mencegah kehamilan.
Tak jauh berbeda dengan angka di atas, hanya 2 orang pemakai IUD hormonal yang gagal dari 1000 pemakai di tahun pertama pemasangan. Di Indonesia sendiri, IUD non-hormonal lebih banyak digunakan.
Baca: Seperti Apa Bentuk IUD? Ini 5 Macamnya
Pertanyaannya sekarang, kok bisa tetap hamil? Kan sudah pakai IUD?
IUD harus tetap berada di dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Namun terkadang, IUD bisa keluar dari tempatnya dan masuk ke leher rahim kita, yang letaknya berada di bawah rahim. Jika ini terjadi, kemungkinan untuk terjadi kehamilan lebih besar. Kejadian ini sering disebut dengan ekspulsi IUD.
Ekspulsi IUD ini terkadang tidak menimbulkan tanda dan gejala apapun, sehingga banyak perempuan yang tidak sadar bahwa dirinya sedang hamil.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), angka kejadian ekspulsi IUD ini sekitar 2-10 % dalam setahun. Mereka juga menyebutkan bahwa tingkat kejadian ekspulsi IUD meningkat pada perempuan yang menggunakan IUD sesaat setelah melahirkan dan saat menyusui.
Kalau begitu, bagaimana agar tidak hamil saat pakai IUD?
Mudah saja kok, kita hanya perlu kontrol IUD rutin sesuai dengan yang dianjurkan oleh bidan atau dokter saat pertemuan kontrol terakhir.
Kapan waktu terbaik untuk kontrol IUD? Bisa dibaca di artikel ini ya.
Namun, bila terjadi perdarahan yang banyak, nyeri perut disertai kram, dan terlambat menstruasi, segera periksakan diri meskipun belum jadwalnya.
Lalu, apa yang harus dilakukan bila saya hamil saat menggunakan IUD?
Apabila kita merasakan tanda dan gejala awal kehamilan seperti, terlambat haid, morning sickness (mual dan muntah di pagi hari):
Pertama, kita bisa langsung cek kehamilan yang bisa dilakukan secara mandiri menggunakan test pack atau langsung periksakan ke dokter atau bidan.
Kedua, dokter juga harus memastikan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan normal, bukan kehamilan ektopik (kehamilan diluar rahim). Alasannya, kehamilan ektopik bisa terjadi pada kegagalan IUD, seperti kehamilan yang terjadi di tuba fallopi. Caranya adalah dengan melakukan USG.
Ketiga, jika memang ternyata sudah dipastikan hamil, maka dokter sebaiknya melepaskan IUD saat benang IUD terlihat atau saat IUD berada di mulut rahim pada kehamilan trimester pertama. Tapi tergantung kondisi dan situasinya ya, pastinya akan ada risiko saat mengeluarkan IUD.
Jika IUD tetap dipertahankan saat hamil, kesehatan ibu dan bayi bisa dalam bahaya. Beri tahu dokter jika menurut kita IUD gagal sehingga mereka dapat melakukan tindakan yang tepat dan aman untuk ibu dan bayi.
Referensi:
Global Handbook for Providers. WHO, USAID, Johns Hopkins CCP
Kavanaugh ML, Jerman J. Contraceptive method use in the United States: trends and characteristics between 2008, 2012 and 2014. Contraception. 2018 Jan;97(1):14-21. [PMC free article] [PubMed]
Curtis KM, Jatlaoui TC, Tepper NK, Zapata LB, Horton LG, Jamieson DJ, Whiteman MK. U.S. Selected Practice Recommendations for Contraceptive Use. 2016. MMWR Recomm Rep. 2016 Jul 29;65(4):1-66. [PubMed]
Peipert JF, Zhao Q, Allsworth JE, Petrosky E, Madden T, Eisenberg D, Secura G. Continuation and satisfaction of reversible contraception. Obstet Gynecol. 2011 May;117(5):1105-1113. [PMC free article] [PubMed]