Saat anak usia 12 tahun ke atas akhirnya dinyatakan aman menerima vaksin Covid-19 pada Juli 2021 lalu, kita pun lalu berharap vaksinasi yang sama untuk anak usia 12 tahun ke bawah akan segera hadir. Apalagi, WHO sempat menyebutkan angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia relatif lebih tinggi dibandingkan negara lain. Namun sayangnya, hingga detik ini belum ada kepastian akan hadirnya vaksinasi untuk anak usia sekolah dasar, sementara uji coba Pertemuan Tatap Muka (PTM) sudah mulai diberlakukan. Apa saja, ya kemungkinan alasannya?

1. Masih dalam uji klinis

Sebelum vaksin dinyatakan aman digunakan, vaksin harus diuji terlebih dulu ke sejumlah orang dalam 3 fase. Sejauh ini, vaksin Pfizer sudah mendaftarkan lebih dari 4.600 anak dalam tiga kelompok yaitu usia 5 hingga 11 tahun, 2 hingga 5 tahun, dan bayi  6 bulan hingga 2 tahun dalam uji klinis.

Hasil uji klinis untuk usia 5 hingga 11 tahun kemungkinan baru muncul di bulan September 2021. Sementara, untuk hasil uji klinis anak usia 2 hingga 5 tahun akan diperoleh setelah data 5-11 tahun keluar. Kemudian, hasil uji klinis untuk bayi usia 6 bulan hingga 2 tahun mungkin baru dapat dilihat di bulan Oktober atau November 2021. 

Studi vaksin juga dilakukan oleh Moderna dengan melibatkan sekitar 6.700 anak usia 6 bulan hingga 11 tahun. Sayangnya, mereka belum bisa memberikan perkiraan kapan mendapatkan data pengujian.

“Vaksin bisa digunakan pada akhir tahun 2021, atau memasuki kuartal pertama 2022” ujar Dr. Buddy Creech, Spesialis Penyakit Menular di Vanderbilt University dan salah satu peneliti utama untuk vaksin Covid-19 pediatrik Moderna. 

Baca: Vaksin Covid-19 Tidak Halal hingga Mengandung Microchip, Mitos atau Fakta?

2. Uji klinis berfokus pada orang dewasa 

Menurut CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat), uji klinis yang dilaksanakan selama ini baru berfokus pada orang dewasa yang sehat. Inilah mengapa uji klinis untuk anak lebih lambat dimulai.

3. Kasus Covid-19 anak tak setinggi orang dewasa

Di beberapa negara, tingkat paparan virus Covid-19 pada anak memang tidak setinggi di Indonesia jadi mungkin belum menjadi prioritas utama. Meskipun demikian, pemberian vaksin untuk anak di bawah 12 tahun tetap masuk dalam agenda. 

4. Mempertimbangkan dosis aman

Para ahli masih mempertimbangan dosis untuk menghasilkan respon imun serta efek samping yang mungkin muncul terkait pemberian vaksin. Orang dewasa memiliki tingkat kekebalan yang cukup untuk menolerir efek samping vaksin, berbeda dengan anak. Ini yang memicu keraguan dan kecemasan pemberian vaksin. 

5. Masih ada kelompok lain yang lebih membutuhkan

Jumlah vaksin Covid-19 memang tidak sebanding dengan kebutuhan penduduk dunia. Distribusinya pun tidak merata. Negara produsen vaksin bisa melakukan vaksinasi hingga dua dosis pada warganya, sementara tenaga kesehatan dan lansia di Afrika banyak yang belum divaksin. Inilah mengapa sebaiknya vaksin yang ada diprioritaskan untuk yang lebih membutuhkan. Bukan berarti vaksin untuk anak tidak diperlukan, namun penelitian di Inggris menunjukkan bahwa angka infeksi pada anak menurun jika kasus pada orang dewasanya juga menurun, dan sebaliknya. Artinya, vaksinasi pada orang dewasa memengaruhi perlindungan anak terhadap Covid-19.

Baca: Kembali Sekolah Tatap Muka, Apa yang Ditakutkan Orang Tua?

Bagaimana kalau anak belum mencapai usia 12 tahun tapi memiliki proporsi tubuh yang sama dengan usia 12 tahun. Bolehkah diberikan vaksin remaja? 

Tentu tidak. Menurut Dr. William Schaffner, profesor di Divisi Penyakit menular di Universitas Vanderbilt dan penasihat vaksin untuk CDC, penggunaan vaksin berhubungan dengan kematangan sistem kekebalan tubuh, bukan berkorelasi dengan ukuran tubuh anak. Jadi, walaupun anak bertubuh besar namun usia belum mencukupi, maka pemberian vaksin tidak boleh dilakukan. 

Walau diri penuh dengan kecemasan akan paparan Covid-19 pada untuk anak, kita tak perlu khawatir karena semua sedang dalam proses dan akan segera diluncurkan. Kita hanya perlu sedikit lagi bersabar.