Memasak kini semudah menjentikkan jari dengan bumbu instan. Dari nasi goreng hingga rendang, kita tak perlu mengupas bawang apalagi mengulek. Mudahnya menemukan bumbu instan dan penyedap rasa membuat kita jadi malas repot membuatnya sendiri. Belum lagi rasanya yang sudah pasti nikmat membuat kita seolah bangga bisa masak sendiri.
Menggunakan bumbu instan untuk memasak boleh-boleh saja, namun kita perlu memahami dampak jangka panjangnya. Kenapa? Bumbu instan yang dijual lewat kemasan bukan 100% bahan alami melainkan ada penambahan bahan lain di dalamnya.
Menurut Made Krisna Dewi SGZ, Staf Pengajar Akademi Gizi di Surabaya dalam jpnn.com menjelaskan warna bumbu instan atau makanan yang dimasak dengan bumbu instan cenderung lebih cerah. Ini menandakan bumbu tersebut menggunakan bahan pewarna yang tentu tidak baik untuk kesehatan. Ditambah lagi, rasanya yang super gurih menandakan adanya penyedap rasa atau MSG yang ditambahkan. Kesimpulannya, bumbu instan mengandung bahan pewarna, MSG, dan bahan pengawet.
“Selama ini pakai bumbu instan buat masak nggak ada efek sampingnya tuh!”
Belum, bukan tidak ada. Coba bayangkan jika kita menggunakan bumbu instan terus menerus. Kita menumpuk dan mengendapkan zat pewarna, pengawet, dan perasa yang bersifat kimiawi di dalam tubuh. Pengendapan bahan kimia dalam tubuh akan memicu gejala penuaan dini, gangguan saraf, hipertensi, gangguan hati dan ginjal, hingga stroke. Ditambah lagi, kandungan MSG punya dampak buruk bagi sistem saraf. Tidak sampai di situ, zat pewarna kimiawi yang ditambahkan dalam bumbu jika digunakan secara terus menerus berpotensi menyebabkan kanker. Mengerikan, bukan?
Baca: Dapatkah Makanan Memicu Timbulnya Kanker?
Dan, proses industri menghilangkan vitamin…
Tahu tidak, kalau di dalam bumbu alami seperti salam, laos, sereh, kunyit, jahe, dan lainnya mengandung vitamin yang baik untuk kulit, seperti vitamin C, A, dan E yang akan hilang jika melewati proses dan menjadi bumbu instan?
Bikin bumbu masak tak sesulit itu, kok!
Alih-alih pakai bumbu instan coba yuk bikin racikan bumbu sendiri yang bisa kita simpan. Biasanya, menu masakan Indonesia bumbu dasarnya mirip-mirip, yang dapat diklasifikasikan dalam 3 bumbu dasar, yaitu bumbu dasar putih, kuning, dan merah.
Untuk bumbu dasar putih, bahannya adalah bawang merah, bawang putih, kemiri sangrai, lengkuas, garam, gula, minyak goreng. Bumbu dasar putih bisa digunakan untuk tumis, nasi goreng, bihun/mi goreng, opor, semur, lodeh.
Untuk bumbu dasar kuning, bahannya seperti bumbu dasar putih namun ditambah jahe, kunyit, dan lada. Gunakan bumbu dasar kuning untuk mengungkep ayam, masak soto, kari, dan pesmol.
Bumbu dasar merah digunakan untuk masakan yang lebih pedas, seperti gulai. Bumbu dapur yang diperlukan adalah bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe keriting, gula garam, minyak goreng.
Baca: 6 Cara Salah Konsumsi Sayur
Tak perlu mengulek, cemplung saja semua bahan dalam blender. Bikin sekaligus banyak, lalu simpan di toples kaca dalam kulkas (tahan 1-2 bulan) atau freezer (tahan hingga 6 bulan). Lebih baik lagi jika disimpan dalam kemasan 1 kali masak, sehingga tidak perlu membekukan ulang. Boleh ditumis dulu agar lebih awet, namun tunggu dingin sebelum ditutup rapat. Mudah kan?
Yang pasti, masakan jauh lebih sehat. Buat balita pun aman. Makin sering kita memasak dengan bumbu alami, makin terbiasa lidah kita dengan citarasa makanan yang sehat dan kepuasan setelah menyantap makanan pun meningkat.
Photo created by valeria_aksakova - www.freepik.com