Siapa yang bisa menyangkal, anak balita yang gemuk menjadi tanda keberhasilan orang tua ataupun pengasuhnya dalam urusan makan. Sebaliknya, balita yang cenderung langsing bisa membuat orang tuanya merasa khawatir, terlepas dari status gizinya yang sebenarnya baik. Karena itu, sebagai orang tua kita perlu memahami benar mengenai konsep “gemuk itu sehat”, khususnya di tengah ancaman angka obesitas yang makin hari makin meningkat, serta makanan pemicu kegemukan yang makin banyak dikonsumsi anak-anak.  

Bukan sekedar visual, tapi juga angka

Anak yang gemuk, khususnya saat balita, memang kerap dianggap lebih sehat daripada yang balita yang tidak gemuk. Namun, berat badan ideal pada anak tak bisa diukur secara visual saja, melainkan harus lewat angka. 

Menurut Kristi King, RD pakar gizi anak di Texas Children Hospital, anak belum punya banyak massa otot yang bisa memengaruhi berat badannya. Karenanya, pengecekan status gizi anak secara berkala di fasilitas kesehatan sangat penting untuk mengetahui anak kita berada di rentang normal atau tidak. Jadi, bukan karena ia terlihat gempal lantas dianggap sehat.

Baca: Cara Mengecek Status Gizi Anak

Bagaimana kita menilai anak kita sehat atau malah terlalu gemuk? 

Biasanya, dokter akan menggunakan kurva pertumbuhan (growth chart) berat badan berbanding tinggi badan (BB/TB) dari WHO.  Kurva pertumbuhan ini berbeda untuk anak laki dan perempuan, ya. Jadi, jangan tertukar ataupun disamakan.

Jika garis berat badan dan tinggi badan anak bertemu di satu titik dalam garis hijau, berarti status gizi anak baik. Jika titik pertemuan mencapai garis merah (+2SD), anak mengalami kegemukan. Waspadalah jika anak mencapai garis hitam (+3SD) yang artinya anak mengalami obesitas. 

Pengecekan status gizi anak ini harus dilakukan secara berkala. Kita juga bisa melakukannya secara mandiri lewat buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau mengunduh buku KIA di situs Ikatan Dokter Indonesia (IDAI). 

Kapan kita tahu bahwa anak mulai bermasalah dengan berat badannya?

Saat bayi bertransisi ke balita, biasanya berat badan ikut turun walaupun tidak signifikan. Terutama untuk mereka yang aktif berjalan, berlari, atau melompat. Namun, jika ini tidak terjadi pada anak dan ia cenderung menggemuk coba cek pencapaian tumbuh kembangnya. Jika menjelang usia 2 tahun, anak masih kesulitan jalan, berguling, atau tertinggal dalam tumbuh kembangnya, serta terhambat bergerak aktif karena berat badannya, segera periksakan. 

Jadi, sudah jelas ya, kalau tubuh yang gemuk itu tidak selalu jadi ukuran sehat tidaknya balita. Jadi, mari ubah pola pikir kita supaya tidak cenderung mendorong anak untuk makan banyak supaya bisa jadi gemuk tapi dengan tujuan sehat untuk tumbuh kembang maksimal. 

 

Photo by Minnie Zhou on Unsplash