Infeksi Covid-19 berimbas pada semua orang, termasuk ibu menyusui dan bayinya. Bila kondisi ibu termasuk gejala sedang-berat atau bayi perlu perawatan saat terkonfirmasi positif, mau tidak mau proses menyusui menjadi terhenti sementara. Jangan khawatir, setelah dinyatakan sembuh, ibu boleh mencoba relaktasi menyusui.
Apa itu relaktasi menyusui?
Relaktasi menyusui adalah proses melanjutkan menyusui kembali setelah sempat terhenti sementara waktu. Cara ini sebenarnya dapat dilakukan pada setiap ibu, terlepas apakah sebelumnya mengalami Covid-19 atau tidak.
Apa syaratnya?
Syarat yang paling penting: ada niat atau kemauan. Tentu saja, niat ibu perlu didukung oleh suami dan anggota keluarga lainnya karena proses relaktasi tak dapat dicapai dalam sekejap. Semakin muda usia bayi dan semakin cepat jeda tidak menyusu (breastfeeding gap), semakin cepat relaktasi berhasil.
Baca: Sukses Tidaknya Menyusui Tidak Hanya Tanggung Jawab Ibu, Lho!
Bagaimana caranya?
1. Bulatkan tekad untuk sabar
Pertama-tama, ibu harus tanamkan bahwa relaktasi adalah serangkaian proses yang butuh kesabaran. Pada beberapa wanita, relaktasi memang dapat berhasil dalam waktu 4 hari namun ada yang butuh waktu sampai 2 bulan.
Penolakan bayi tidak berarti relaktasi Anda gagal. Dengan ditawarkan menyusu terus-menerus bayi pun akan berhasil belajar menghisap payudara kembali. Pastikan bayi nyaman dan tenang sebelum disusui.
2. Gunakan alat bantu laktasi
Awal-awal relaktasi, boleh diberikan ASI perah, ASI donor, atau susu formula dengan menggunakan selang lambung (nasogastrik) yang dihubungkan ke cangkir atau semprit, dan sisi satunya ditempelkan pada payudara. Opsi lain bisa menggunakan alat bantu laktasi yang dijual bebas di pasaran.
3. Perah ASI untuk jaga pasokan
Bila belum berhasil menyusui, pijat dan perah payudara untuk menjaga pasokan ASI. Tapi jika sudah berhasil menyusui, susuilah semau bayi, tawarkan kedua payudara bergantian kanan dan kiri. Jangan melakukan mixed feeding dengan memberikan botol/dot.
4. Persering kontak kulit
Pada saat tidak menyusui sangat dianjurkan untuk mempersering kontak kulit dengan kulit, perbanyak menggendong atau sering-seringlah menidurkan bayi dengan metode kangguru. Sebisa mungkin lebih intim dengan bayi termasuk mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan bayi misalnya memandikan atau mengganti popok.
Baca: Ini Syarat Vaksin untuk Ibu Hamil dan Menyusui Serta Anak Usia 12-17 Tahun
Yang membuat relaktasi sulit berhasil….
Selama proses relaktasi ibu harus mengatasi atau mengendalikan hambatan-hambatan yang muncul, antara lain:
• Waktu istirahat kurang atau tidak berkualitas
Selain mengurangi kualitas dan kuantitas ASI, kelelahan juga dapat mempengaruhi bonding yang berperan penting dalam proses relaktasi. Pastikan ibu cukup beristirahat.
• Adanya rasa cemas, panik, atau stres karena perasaan atau pikiran tersebut dapat mengambat proses keluarnya ASI. Sebaliknya, ibu perlu menciptakan kondisi bahagia yang dapat merangsang pengeluaran ASI.
• Tidak adanya dukungan psikososial dari sekitar
Tidak hanya dukungan dari rumah, dukungan dari lingkungan pekerjaan pun dapat memberikan rasa aman dan ibu pun nyaman menyusui.
• Bayi minum dari botol atau sudah mendapat MPASI
Bayi yang diberi minum dengan botol atau sudah mendapat MPASI lebih sulit untuk diajari menyusui dibanding bayi yang tidak diberi dot atau belum mendapat MPASI. Lebih sulit, bukan berarti tidak bisa, ya.
Relaktasi masih belum berhasil?
Anda boleh konsumsi ASI booster atau galagtagogue alami untuk membantu meningkatkan produksi ASI. Belum berhasil juga? Yuk, konseling dengan konselor laktasi atau dokter anak kesayangan Anda.
Gambar oleh jcomp - www.freepik.com
Referensi:
1. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/relaktasi-dan-induksi-laktasi
2. https://www.cdc.gov/breastfeeding/breastfeeding-special-circumstances/supporting-families-with-relactation.html
3. http://www.praborinilactationteam.com/2020/02/10/relactation-age-complementary-feeding/
4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6113782/