Maryam (2 tahun) mendadak mogok makan. Padahal, semasa bayi ia lahap makan apapun tanpa kecuali. Tapi seiring bertambah usia, Maryam makin pintar memilih-milih makanan. Ibunya terpaksa menuruti keinginannya karena jika tidak, Maryam akan menjerit-jerit. Kalau begini, Maryam bisa tidak mendapat nutrisi sesuai tumbuh kembangnya. Memang sih, anak usia 2-5 tahun sedang mengasah kemampuan menentukan keinginannya, termasuk soal makanan. Kalau sudah begini, kita yang harus putar otak agar makanan bergizi tetap masuk. Bagaimana caranya ya?

1. Santai, Bu.. jangan memaksa 

Walau emosi sudah di ubun-ubun, jangan paksa anak untuk makan. Memaksa anak dapat menyebabkan trauma pada makanannya, juga pada proses makan itu sendiri. Jika ia tidak lapar, jangan paksakan untuk makan atau memberi cemilan. Juga, jangan paksa anak untuk menghabiskan makannya jika kita yang menentukan porsinya. Berikan porsi sedikit dan biarkan anak merasakan lapar untuk meminta makan tambahan. 

2. Jangan abaikan rutinitas

Berikan makan di waktu yang sama tiap hari. Tentukan juga waktu untuk makan snack di antara makan berat. Jika ia tak mau menyentuh makan beratnya, pastikan camilan yang ia konsumsi bernutrisi. 

Baca: Sadar Gizi, PR Keluarga Milenial

3. Beri variasi warna di piringnya

Anak biasanya suka dengan warna-warni dan bentuk yang lucu. Jadi, berikan variasi warna pada isi piringnya, entah itu wortel, tomat, buncis, bayam merah, atau labu. Ajak mereka untuk memilih warna yang ia suka, dan biarkan ia mencoba sendiri. Beri tepuk tangan atau reward ketika mereka berhasil mencoba dan menghabiskannya! 

4. Jangan langsung mengganti makanan ketika anak menolak 

Panik karena anak menolak makanan, kita pun langsung cari ide untuk mengganti makanannya saat itu juga. No, no! Ini adalah cara yang salah. Karena, anak akan semakin merasa punya pilihan makanan. Biarkan ia duduk selama waktu makan dengan makanan yang kita sajikan. Dimakan atau tidak, tak perlu risau karena akan ada kesempatan makan di waktu berikutnya. Asalkan, tidak ada makanan tak sehat yang ia bisa ambil sendiri di sekitarnya. 

5. Ia akan lapar, tenang saja

Kita selalu khawatir anak akan kelaparan tiap kali ia menolak untuk makan, sehingga kita cenderung menyodorkan segala makanan asalkan ia makan. Jika ia tidak makan di jam makan pagi, tunggu hingga saat cemilan untuk memberikan makan berikutnya. Atau, tunggu ia lapar di jam makan siang. Ia pasti akan makan, jika lapar (dan ia pasti akan lapar). Percayalah! 

6. Coba hal baru yang seru

Variasikan nasi tidak seperti biasanya. Misal, buat kepalan nasi berisi daging dan sayur, omelet dengan potongan tomat dan bayam, atau buat ayam cincang, nasi, telur, lalu kukus. Belum berhasil? Bagaimana dengan potongan wortel dan kentang dengan bentuk yang unik? Lalu, selipkan permainan di dalamnya seperti, “Hitung wortel berbentuk bunga!”

Baca: Anak Saya Pendek tapi Pintar, Masa Sih Stunting?

7. “Anak melihat, anak meniru”

Kita enggan makan buah? Menolak sayur? Jangan harap anak akan melakukan sebaliknya. Apa yang ia lihat, ia akan contoh. Termasuk gaya makan orangtuanya. Duduk bersama saat jam makan, dan biarkan ia melihat makanan sehat yang kita makan. Kita akan terkejut betapa pintarnya mereka meniru. 

8. Jangan tawarkan makanan manis sebagai hadiah

Saat mereka sudah terkena makanan manis, jangan heran kalau mereka akan memintanya lagi, lagi, dan lagi. Apalagi, jika ini diberikan sebagai penghargaan makan pintarnya. Oke, sesekali tak mengapa. Pilih satu hari untuk berikan es krim atau camilan manis, dan hindari memberikannya lagi di sisa minggu. Atau, pilih camilan manis yang sehat seperti buah dan pilihan lain yang lebih bernutrisi. 

Ayo Ayah, Ibu, jangan kalah jangan lengah! Jika kalah, anak bisa kurang gizi, bahkan stunting, lho. Yuk coba kembalikan nafsu makan anak tanpa frustasi dan emosi dan buat acara makan menjadi hal menyenangkan yang ditunggu-tunggu oleh buah hati.